Penyembahan

Berapa banyak dari kita yang menyembah allah dalam konsep pikiran kita semata? Berapa banyak dari kita yang secara tidak sadar hanya mempersiapkan gereja dan tidak menyiapkan hati? Berapa banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa hatiNya untuk menerima penyembahan kita jauh lebih besar dari apa yang hati kita mampu berikan?
Saya adalah orangnya. Saya seringkali menyembah allah melalui konsep pikiran. Saya lupa bahwa ALLAH memiliki konsep sorgawi yang sempurna dan pemikiran saya hanyalah pikiran dangkal seorang manusia. Saya saat teduh dan rutin berdoa, dan menganggap itu baik bagi rohani saya dan menyenangkan hati allah dalam pikiran saya. Kemudian akhirnya belakangan saya sadar, bukankah itu tingkat terendah dalam sebuah penyembahan kepada ALLAH? Saya jatuh dalam rutinitas. Bukankah kita mengingkan hal yang lebih dari itu, bukankah kita menginginkan komunikasi dua arah? Dan apa jadinya kalau itu komunikasi antara hati dan pikiran saya? Bukankah keduanya adalah kesatuan diri saya, pribadi saya? Lalu dimanakah Pribadi lain yang saya sembah lewat pujian? ALLAH dalam firmanNya menentang semua orang yang menyembah berhala, termasuk logika dan pikiran kita. Lagipula, ALLAH menginginkan lebih yaitu agar kita bisa menikmati Dia dalam penyembahan kita. 
Saya juga mengikuti pelayanan akhir-akhir ini seakalipun tidak banyak dan tidak secara aktif rutin dalam pelaksanaannya. Pada suatu hari saya tergabung dalam suatu divisi dalam kepanitiaan. Kami seakan-akan sibuk sekali akan semua kegiatan kami. Khususnya, saya menganggap divisi kami merupakan  divisi utama dalam seluruh rangkaian acara. Saya tenggelam dengan kesibukan saya menyiapkan acara dan lupa menyiapkan hati bagi semua hal yang TUHAN kehendaki. Ketika kebaktian gereja, sebagian orang sibuk menyiapkan acara dan lupa menyiapkan hatinya bagi ALLAH. Kemudian, ketika lonceng gereja dibunyikan, semua orang yang menyiapkan puas dengan keadaan dan ALLAH mulai melangkahkan kakiNYA ke dalam pelataran. Masalah kemudian timbul ketika ALLAH ingin dilayani dan ketika Ia melihat kedalam hati kita dan menemukan mereka berkata “Aku sudah melayani gereja ini, sekarang bagiku untuk dilayani lewat khotbah dan pujian ini.” Kita tidak ingat bahwa ALLAHlah yang dilayani dan Ia adalah Pelanggan Utama Kedai Rohani kita.
Saya ingat waktu saya masih kecil. Ayah saya menginginkan saya untuk memeluknya. Sayapun mendatangi dia dan memeluknya singkat dan kemudian pergi lagi bermain. Kemudian sekarang hal itu berbalik kepada saya, saya sedikitnya memiliki gambaran akan keadaan ayah saya waktu itu. Beberapa tahun kemudian, saya melihat adik saya bermain dan saya rindu untuk memeluknya. Saya memanggilnya untuk memeluk saya. Ketika ia datang dan menuruti perintah saya, saya berpikir “ya, saya  berhasil mengalihkannya dari semua mainannya.”  Kemudian ketika ia beranjak dekat dan memeluk saya singkat, saya berkata “tunggu dulu dong dek, kamu emang mau kemana sih. Tunggu dulu kakak masih mau ngomong.” Tapi adik saya kemudian pergi dan meninggalkan saya. Kemudian saya berpikir kalaupun dia memeluk saya untuk waktu yang sangat lama sekalipun dan dia bertanya akan banyak hal, saya pasti akan mampu menjawabnya. Saya kemudian berpikiran lagi, bagaimana dengan keadaan ayah saya waktu itu ketika saya tinggalkan? Bukankah itu terlalu singkat? Bahkan saya yang hanya seorang kakak, rindu akan kasih adik saya itu, bagimana dengan ayah saya yang  menginginkan saya anak kandungnya?
Dan hal itu juga berlaku bagi ALLAH, kita yang secara istimewa ditempatkan dalam posisi yang sangat sempurna di hatiNya, menginginkan waktu yang lebih banyak lagi dengan kita. Sekalipun kita memeluknya terlalu erat dan terlalu lama, Ia masih bisa menahannya untuk waktu yang jauh lebih lama. Ketika kita berkata “cukuplah pujianku kali ini untukNya, ini sudah terlalu lama”, Ia masih memiliki telinga yang rindu akan pujian kita, sekalipun kita melakukannya dengan cara yang terlihat menyedihkan. Bapa kita di surga mempunyai ‘masalah’ dengan keengganan kita untuk duduk di pangkuanNya dan memelukNyalebih erat. Namun, Ia selalu mencari cara untuk mengalihkan perhatian kita akan hal-hal duniawi, karena kita telah dilayakkan oleh darah Tuhan Yesus untuk menjadi anakNya, mendapatkan posisi istimewa di hatiNya.

Terinspirasi dari “GOD’S EYE VIEW” karangan Tommy Tenney

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indonesiaku

Hikmat

3 hal tersulit yang harus dikatakan