TUHAN Maha Kudus
Kembali saya tertegun atas khotbah pendeta hari ini, diambil dari Yesaya 6:1-13, bercerita tentang Yesaya yang dipanggil oleh Allah dan tugas yang diberikan kepadanya. Dari perikop ini, yang mau saya tekankan adalah ayat 3, begini firman TUHAN semesta alam:
Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemulian-Nya!”
Saya tertegun sejenak dalam ruang besar itu, betapa saya selama ini tidak sadar akan ketidak-pedulian saya akan betapa besar dan megahnya TUHAN semesta alam itu, betapa kudusnya Ia di tempat maha tinggi, akan tetapi memiliki kasih karunia yang mampu menyelamatkan semua umat manusia.
Seraphim dan Malaikat-malaikat ALLAH lain di surga tahu benar bagaimana cara memuji dan menyembah Dia di tempat kudusNya, memiliki ketaatan dan takut akan Dia. Sedang saya, disini, terdiam dan kadang terlupa bahkan menaikkan syukur atas hari yang Ia berikan. Kudus , merupakan kata yang paling tepat mendeskripsikan bagaimana keberadaan-NYA sekaligus kondisi duniawi kita, berbeda jauh dan tak dapat dibandingkan.
Tapi satu hal yang perlu kita ketahui adalah, sekalipun kita dalam keadaan yang sangat tidak memungkinkan untuk memuji ALLAH karena dosa dan keterbatasan akal yang kita miliki, Dia memilki kerinduan untuk memulihkan keadaan kita! Bukan untuk suatu alasan yang dapat manusia manapun pikirikan, tapi lebih dari itu, karena Dia adalah kasih itu sendiri..
Saya memilki pengalaman pribadi ketika saya masih kelas 3 SMP, saya mengalami pelepasan dan mengikut Tuhan Yesus sedari waktu itu. Ceritanya lumayan panjang dan mungkin tidak masuk akal bagi kebanyakan orang, tapi yang jelas, saya katakan bahwa: Hidup saya diubah total oleh Dia, dan saya menerima karya keselamatan itu! Ketika saya membuka mata ketika itu, saya yang semula dikelilingi oleh keluarga besar, melihat, bahwa seluruh ruangan rumah saya menjadi putih berkilat, terang luar biasa.
Yang saya dengar mula-mula adalah nyanyian pujian dari keluarga, namun lama-lama nyanyian itu menjadi lebih indah per detiknya, menjadi lebih megah, terpecah ke bagian-bagian suara dalam koor, kemegahan orchestra –bagi saya- pun terdengar. Dan ketika saya makin terpesona akan apa yang saya lihat, gemuruh sorak-sorai itu pun terdengar: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam!" Mereka –berpakaian putih terang dan tidak terlihat jelas wajahnya- bersukacita atas perbuatan-NYA yang telah memenangkan saya dari kuasa Si Jahat.
Dan hal yang paling membuat saya bersukacita adalah ketika saya berkata “Tuhan Yesus, terimakasih”, serasa semuanya terpusat pada saya, bersyukur karena ada satu orang lagi yang telah dimenangkan pada saat itu. Membayangkan bahwa ALLAH tersenyum di tempat kuduslah-NYA senang karena hamba yang dulu hilang menaikkan pujian seklaipun dengan cara ala kadarnya.
Ya, TUHAN semesta alam memilki kekudusan yang membuat kita terpisah dan kita tidak bisa membayangkan betapa megahnya diri-NYA, tapi satu hal yang saya tahu: bahwa Dia rindu pada saudara untuk menyelamatkan saudara dan memuji Dia dengan segenap hati saudara dan membawa kita semua ke dalam kekudusan itu.
Komentar
Posting Komentar