Ketika saya marah, saya menulis begini:
Tuhan, devi tersiksa dengan pikiran devi sendiri, devi pingin nangis tapi devi sadar bahwa devi ga boleh membiarkan kemarahan itu ada. Tersiksa karena rasa ingin memaafkan itu datang begitu cepat setelah aku mendapatkan masalah. Aku bergulat dengan pikiranku sendiri dan tidak membiarkan kemarahan itu pergi dulu. Aku tersiksa dengan pikiranku sendiri yang mengintimidasi akan saya harus begitu-begini. Apakah ini sesuai dengan kehendakMu, Bapa? Badanku bergetar karena kemarahanku atas diriku sendiri, dan berpikir apa yang harus kulakukan untuk membuat mereka sadar bahwa aku sedang marah?
Aku mengasihi mereka dan ingin mereka berubah, tapi kembali lagi aku bergulat dengan pikiranku. Aku marah dan ingin orang lain berubah, tapi aku.. aku berdosa mengucapkan hal ini Tuhan. Karena hanya Roh Kuduslah yang mampu mengubahkan mereka. Apa yang harus kulakukan Tuhan? Penawar kemarahan itu sangat baik bagiku (penyembahan), tapi akankah mereka memiliki kerinduan yang sama ketika mereka sedang marah? Aku mengasihi mereka, dan membenci perbuatan mereka.
Bapa, apa yang harus aku lakukan? Aku cuma manusia biasa, memiliki rasa marah dan sedih yang sama dengan banyak orang, aku bersyukur sekali dengan hikmat-Mu yang Kau taruhkan kepadaku, tapi aku masih belum bisa mengendalikan diriku yang harusnya sadar bahwa aku tidak boleh mementingkan kemarahanku, tapi berdoa untuk kekurangan mereka. Aku adalah seorang yang melankolis sekaligus plegma, tidak mudah bagiku untuk langsung mengubah perasaan marahku menjadi kasih yang tulus bagi mereka. Tapi, aku telah berjanji padaMu bahwa aku mau diubahkan. Aku memiliki komitmen, diingatkan selalu, tapi aku Cuma manusia biasa Tuhan………….
.
Dan ketika aku menuliskan ini, aku ingat bahwa hanya Roh Kudus-lah yang menjadi Penghibur dan Penolongku. Terimakasih Tuhan Yesus, Engkau melayakkan aku untuk dapat menghampiri Bapa.
Aku mengasihi mereka dan ingin mereka berubah, tapi kembali lagi aku bergulat dengan pikiranku. Aku marah dan ingin orang lain berubah, tapi aku.. aku berdosa mengucapkan hal ini Tuhan. Karena hanya Roh Kuduslah yang mampu mengubahkan mereka. Apa yang harus kulakukan Tuhan? Penawar kemarahan itu sangat baik bagiku (penyembahan), tapi akankah mereka memiliki kerinduan yang sama ketika mereka sedang marah? Aku mengasihi mereka, dan membenci perbuatan mereka.
Bapa, apa yang harus aku lakukan? Aku cuma manusia biasa, memiliki rasa marah dan sedih yang sama dengan banyak orang, aku bersyukur sekali dengan hikmat-Mu yang Kau taruhkan kepadaku, tapi aku masih belum bisa mengendalikan diriku yang harusnya sadar bahwa aku tidak boleh mementingkan kemarahanku, tapi berdoa untuk kekurangan mereka. Aku adalah seorang yang melankolis sekaligus plegma, tidak mudah bagiku untuk langsung mengubah perasaan marahku menjadi kasih yang tulus bagi mereka. Tapi, aku telah berjanji padaMu bahwa aku mau diubahkan. Aku memiliki komitmen, diingatkan selalu, tapi aku Cuma manusia biasa Tuhan………….
.
Dan ketika aku menuliskan ini, aku ingat bahwa hanya Roh Kudus-lah yang menjadi Penghibur dan Penolongku. Terimakasih Tuhan Yesus, Engkau melayakkan aku untuk dapat menghampiri Bapa.
Komentar
Posting Komentar